Tulisan ini saya ambil dari website Konsultasi Syariah karena saya tertarik dengan pembahasannya yang menurut saya sangat penting untuk kita pahami (terutama muslim/muslimah) bahwa kita hidup bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk menebar kebaikan bagi orang banyak. Apa yang kita lakukan bukan tidak mungkin akan ditiru oleh orang disekitar kita. Contoh paling kecil adalah pada keluarga. Yang harus di garis bawahi adalah semua hal yang kita perbuat di dunia ketika mati (ingat : kita semua PASTI MATI) kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh ALLAH SWT.
Karena itu semoga tulisan dibawah ini bermanfaat dan menjadi bahan tafakur kita untuk hidup yang lebih terarah sesuai dengan perintah ALLAH SWT.
aamiinn ya rabbal alamin.
aamiinn ya rabbal alamin.
Kita sering mendengar istilah sedekah jariyah. Itulah sedekah yang
pahalanya akan terus mengalir, meskipun kita telah meninggal dunia. Kita
akan tetap terus mendapatkan kucuran pahala, selama harta yang kita
sedekahkan masih dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk melakukan
ketaatan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ
ثَلَاثَةٍ: مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٍ
صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila manusia meninggal, amalnya akan terputus, kecuali 3 hal:
‘Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang
mendoakannya.’ (HR. Nasa’i 3651, Turmudzi 1376, dan dishahihkan Al-Albani).
Sebagai orang beriman, yang sadar akan pentingnya bekal amal di hari
kiamat, tentu kita sangat berharap bisa mendapatkan amal semacam ini. Di
saat kita sudah pensiun beramal, namun Allah tetap memberikan kucuran
pahala karena amal kita di masa silam.
> Dosa Jariyah
Disamping ada pahala jariyah, dalam islam juga ada dosa yang sifatnya
sama, dosa jariyah. Dosa yang tetap terus mengalir, sekalipun orangnya
telah meninggal. Dosa yang akan tetap ditimpakan kepada pelakunya,
sekalipun dia tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat itu.
Betapa menyedihkannya nasib orang ini, di saat semua orang
membutuhkan pahala di alam barzakh, dia justru mendapat kucuran dosa dan
dosa. Anda bisa bayangkan, penyesalan yang akan dialami manusia yang
memiliki dosa jariyah ini.
Satu prinsip yang selayaknya kita pahami, bahwa yang Allah catat dari kehidupan kita, tidak hanya
aktivitas dan amalan yang kita lakukan, namun juga dampak dan pengaruh
dari aktivitas dan amalan itu. Allah berfirman di surat Yasin,
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami
menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka
tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang
nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)
Orang yang melakukan amal dan aktivitas yang baik, akan Allah catat amal baik itu dan dampak baik
dari amalan itu. Karena itulah, islam memotivasi umatnya untuk
melakukan amal yang memberikan pengaruh baik yang luas bagi masyarakat.
Karena dengan itu dia bisa mendapatkan pahala dari amal yang dia
kerjakan, plus dampak baik dari amalnya.
Sebaliknya, orang yang melakukan amal buruk, atau perbuatan maksiat,
dia akan mendapatkan dosa dari perbuatan yang dia lakukan, ditambah
dampak buruk yang ditimbulkan dari kejahatan yang dia kerjakan. Selama
dampak buruk ini masih ada, dia akan terus mendapatkan kucuran dosa itu.
– wal’iyadzu billah.. –, itulah dosa jariyah, yang selalu mengalir. Sungguh betapa mengerikannya dosa ini.
Mengingat betapa bahayanya dosa jariyah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan umatnya agar berhati-hati, jangan sampai dia terjebak melakukan dosa ini.
Sumber Dosa Jariyah
Diantara sumber dosa jariyah yang telah diperingatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Pertama, mempelopori perbuatan maksiat.
Mempelopori dalam arti dia melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan
orang lain, sehingga banyak orang yang mengikutinya. Meskipun dia
sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya.
Dalam hadis dari
Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ
عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ
أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء
“Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam,
maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang
melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa
mereka.” (HR. Muslim).
Orang ini tidak mengajak lingkungan sekitarnya untuk melakukan
maksiat yang sama. Orang ini juga tidak memotivasi orang lain untuk
melakukan perbuatan dosa seperti yang dia lakukan. Namun orang ini
melakukan maksiat itu di hadapan banyak orang, sehingga ada yang
menirunya atau menyebarkannya.
Karena itulah, anak adam yang pertama kali membunuh, dia dilimpahi
tanggung jawab atas semua kasus pembunuhan karena kedzaliman di alam
ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا
“Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara dzalim, melainkan anak
adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan
darah itu.” (HR. Bukhari 3157, Muslim 4473 dan yang lainnya).
Anda bisa bayangkan, orang yang pertama kali mendesain rok mini,
pakaian you can see, kemudian dia sebarkan melalui internet, lalu ditiru
banyak orang. Sekalipun dia tidak ngajak khalayak untuk memakai rok
mini, namun mengingat dia yang mempeloporinya, kemudian banyak orang
yang meniru, dia mendapatkan kucuran dosa semua orang yang menirunya,
tanpa dikurangi sedikitpun.
Tak jauh beda dengan mereka yang memasang video parno atau cerita
seronok di internet, tak terkecuali media massa, kemudian ada orang yang
nonton atau membacanya, dan dengan membaca itu dia melakukan onani atau
zina atau bahkan memperkosa, maka yang memasang di internet akan
mendapat aliran dosa dari semua maksiat yang ditimbulkan karenanya.
Termasuk juga para wanita yang membuka aurat di tempat umum, sehingga
memancing lawan jenis untuk menikmatinya, maka dia mendapatkan dosa
membuka aurat, plus dosa setiap pandangan mata lelaki yang menikmatinya.
Meskipun dia tidak mengajak para lelaki untuk memandanginya.
Kedua, mengajak melakukan kesesatan dan maksiat
Dia mengajak masyarakat untuk berbuat maksiat, meskipun bisa jadi dia
sendiri tidak melakukan maksiat itu. Merekalah para juru dakwah
kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan kemaksiatan.
Allah berfirman, menceritakan keadaan orang kafir kelak di akhirat,
bahwa mereka akan menanggung dosa kekufurannya, ditambah dosa setiap
orang yang mereka sesatkan,
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ
مَا يَزِرُونَ
Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada hari kiamat, dan
berikut dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui
sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). (QS. an-Nahl: 25)
Imam Mujahid mengatakan,
يحملون أثقالهم: ذنوبهم وذنوب من أطاعهم، ولا يخفف عمن أطاعهم من العذاب شيئًا
Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang
mengikutinya. Dan mereka sama sekali tidak diberi keringanan adzab
karena dosa orang yang mengikutinya. (Tafsir Ibn Katsir, 4/566).
Ayat ini, semakna dengan hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ
الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya).
Anda bisa perhatikan para propagandis yang menyebarkan aliran sesat,
menyebarkan pemikiran menyimpang, menyerukan masyarakat untuk
menyemarakkan kesyirikan dan bid’ah, menyerukan masyarakat untuk
memusuhi dakwah tauhid dan sunah, merekalah contoh yang paling mudah
terkait hadis di atas. Sepanjang masih ada manusia yang mengikuti mereka, pelopor
kemaksiatan dan penghasung pemikiran menyimpang, selama itu pula orang
ini turut mendapatkan limpahan dosa, sekalipun dia sudah dikubur tanah.
Merekalah para pemilik dosa jariyah.
Termasuk juga mereka yang mengiklankan maksiat, memotivasi orang lain
untuk berbuat dosa, sekalipun dia sendiri tidak melakukannya, namun dia
tetap mendapatkan dosa dari setiap orang yang mengikutinya.
Semoga Allah memudahkan kita untuk melakukan amal jariyah dan menjauhkan kita dari dosa jariyah. Amin…
Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar