Seharusnya ini menjadi sebuah
kerinduan, bukan hanya sebuah kewajiban yag seolah menjadi beban. Bagi muslim
yang yakin allah adalah tuhan yang tiada keraguan bagiNYA, maka apa yang
diperintahkan padaNYA oleh kita bukan lagi sebuah beban melainkan suatu
kerinduan, kecintaan dan keinginan untuk bertemu denganNYA. Semua itu bisa
terwujud jika kita sudah membuktikan, mencari dan berfikir bahwa allah itu ada.
Sepertinya mencari siapa tuhan itu lebih penting daripada melaksanankan perintah
shalat.
Kenapa kita shalat?
Ngapain kita di dunia?
Kemana setelah kita mati?
Jika pertanyaan diatas bisa kita jawab
dengan benar, maka kita akan menemukan nikmatnya iman.
Mengutip dari kata-kata imam syafi’I :
“Kewajiban
pertama seorang mukallaf (yang sudah baligh) adalah berfikir dan mencari dalil
sampai dia menemukan bahwa allah itulah tuhan”
Disinilah letak masalahnya; kita tidak
mau mencari dan berfikir tentang eksistensi tuhan, sehingga pada akhirnya kita
hanya ngaku-ngaku saja (asai ka na),
ikut-ikutan (baca : membebek) namun
tidak meyakini secara utuh. Padahal iman itu adalah keyakinan yang telah/harus
dibuktikan sehingga kita tidak bisa menafikkan bahwa allah itulah tuhan.
Sehingga timbul pada diri seolah apa
yang kita peroleh selama ini adalah hasil dari jerih payah, membanting tulang
(lebay), peras keringat (lebay juga) kita sendiri. Demi ALLAH saya pastikan itu
tidak lain adalah sebuah bentuk kasih sayang ALLAH pada kita. JanjiNYA untuk
makhluk yang hidup di-muka bumi ini yang sudah pasti diberikan rizki olehNYA.
Berfikirlah sedikit kawan!! Kita ini
makhluk hina yang tiada daya upaya, asalnya dari setetes mani, lahir gak bawa
apa-apa dan mati gak bawa apa-apa selain selembar kain putih (kain kafan).
Pertanyaannya; setelah mati apakah
semuanya selesai…??
Akui saja kita adalah kaum peragu untuk
keberadaan tuhan, penentang akan hukumnya. Seolah kita menantang allah untuk membuktikan keberadaanNYA,
kebenaran akan janjiNYA, akan firmanNYA.
Surat At-Tur ayat 31 : “Katakanlah (Muhammad), Tunggulah!
Sesunguhnya aku pun termasuk orang yang sedang menunggu bersama kamu”
Bagi saya cukuplah ketegasan ayat ini
membuat segala keangkuhan, kesombongan dan kecongkakan kita “yang tidak jelas”
itu seharusnya hilang.
Akhir kata pilihan saya adalah menunggu
janji ALLAH “yang pasti terjadi” dan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi
manusia taqwa, berserah diri hanya kepadaNYA sembari melaksanakan segala
perintahNYA yang telah di firmankan didalam AL-Qur’an dan berharap semoga ALLAH
meng-istiqamahkan diri ini sampai mati dalam keadaan husnul khatimah. Aamiinn
ya rabbal alamin.
Dunia itu tempat persinggahan dan
akhirat adalah tempat menetap yang sebenarnya. Tinggal pilihan kita memilih
Surga atau menetap di Neraka.
Yaa!! Life is choice dan pilihan orang yang
cerdas adalah mengejar kehidupan akhirat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar