15 Oktober 2014

Jika Islam, Ketaatan itu bukan beban


Seharusnya ini menjadi sebuah kerinduan, bukan hanya sebuah kewajiban yag seolah menjadi beban. Bagi muslim yang yakin allah adalah tuhan yang tiada keraguan bagiNYA, maka apa yang diperintahkan padaNYA oleh kita bukan lagi sebuah beban melainkan suatu kerinduan, kecintaan dan keinginan untuk bertemu denganNYA. Semua itu bisa terwujud jika kita sudah membuktikan, mencari dan berfikir bahwa allah itu ada. Sepertinya mencari siapa tuhan itu lebih penting daripada melaksanankan perintah shalat.



Kenapa kita shalat?
Ngapain kita di dunia?
Kemana setelah kita mati?

Jika pertanyaan diatas bisa kita jawab dengan benar, maka kita akan menemukan nikmatnya iman.
Mengutip dari kata-kata imam syafi’I :

Kewajiban pertama seorang mukallaf (yang sudah baligh) adalah berfikir dan mencari dalil sampai dia menemukan bahwa allah itulah tuhan”

Disinilah letak masalahnya; kita tidak mau mencari dan berfikir tentang eksistensi tuhan, sehingga pada akhirnya kita hanya ngaku-ngaku saja (asai ka na), ikut-ikutan (baca : membebek) namun tidak meyakini secara utuh. Padahal iman itu adalah keyakinan yang telah/harus dibuktikan sehingga kita tidak bisa menafikkan bahwa allah itulah tuhan.
Sehingga timbul pada diri seolah apa yang kita peroleh selama ini adalah hasil dari jerih payah, membanting tulang (lebay), peras keringat (lebay juga) kita sendiri. Demi ALLAH saya pastikan itu tidak lain adalah sebuah bentuk kasih sayang ALLAH pada kita. JanjiNYA untuk makhluk yang hidup di-muka bumi ini yang sudah pasti diberikan rizki olehNYA.

Berfikirlah sedikit kawan!! Kita ini makhluk hina yang tiada daya upaya, asalnya dari setetes mani, lahir gak bawa apa-apa dan mati gak bawa apa-apa selain selembar kain putih (kain kafan). Pertanyaannya; setelah mati apakah semuanya selesai…??

Akui saja kita adalah kaum peragu untuk keberadaan tuhan, penentang akan hukumnya. Seolah kita menantang allah untuk membuktikan keberadaanNYA, kebenaran akan janjiNYA, akan firmanNYA.

Surat At-Tur ayat 31 : “Katakanlah (Muhammad), Tunggulah! Sesunguhnya aku pun termasuk orang yang sedang menunggu bersama kamu”

Bagi saya cukuplah ketegasan ayat ini membuat segala keangkuhan, kesombongan dan kecongkakan kita “yang tidak jelas” itu seharusnya hilang.

Akhir kata pilihan saya adalah menunggu janji ALLAH “yang pasti terjadi” dan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi manusia taqwa, berserah diri hanya kepadaNYA sembari melaksanakan segala perintahNYA yang telah di firmankan didalam AL-Qur’an dan berharap semoga ALLAH meng-istiqamahkan diri ini sampai mati dalam keadaan husnul khatimah. Aamiinn ya rabbal alamin.

Dunia itu tempat persinggahan dan akhirat adalah tempat menetap yang sebenarnya. Tinggal pilihan kita memilih Surga atau menetap di Neraka.
Yaa!! Life is choice dan pilihan orang yang cerdas adalah mengejar kehidupan akhirat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar